Guru Honor. (Cerpen)
Hari demi hari berlalu dengan sebatang kapur dijemari yang selalu ditorehkan pada triplek berwarna hitam dan membekas dengan harapan agar generasi penerus bangsa memahami, demi bersaing dengan bangsa lain. Kala itu keringat membasahi triplek berwarna hitam alias papan tulis dan menghirup udara berkapur terasa akan pesona cerahnya masa depan penerus bangsa. Walau semuanya tak sebanding dengan hak, namun kewajibanlah yang melampaui batas hingga harus bergulat dengan waktu renggang, agar memenuhi kebutuhan keseharian. Wah!!! Pahlawan tanpa tanda jasa. Aku yang berprofesi sebagai guru honor di sekolah menengah atas dan sebagai kepala rumah tangga dengan 3 orang anak. Dimana jarak sekolahnya 20 km dari rumahku, jalannya yang begitu curam dan berkelok-kelok. Sekolah beratap daun gewang, berdinding palepah dan berlantai tanah. Memiliki tiga ruang kelas tanpa ruang guru dan disetiap ruangan ditaruh black board bukan white board dengan beberapa batang kapur. Setiap Pagi buta pukul 05:00, aku me